Selasa, 11 November 2014

kopilosophi



Aku lebih suka kopi tanpa ampas yang tak terlalu manis bahkan lebih mendekati pahit dan jangan sampai tidak ditambahkan beberapa takar creamer agar tak hitam legam. dengan begitu terasa lebih harum dan gurih, menggoda untuk selalu dihirup pelan-pelan dan meminumnya perlahan tanpa ada yang tersisa selama masih hangat,
kukira begitu pula hidup, tak harus selalu menuntut sesuatu yang manis tapi jangan sampai membiarkannya terpuruk dalam gelap penuh kecemasan malah sedikit-sedikit perlu dibubuhi keemasan. meski sedikit, tapi kenikmatan hidup masih terasa walau hanya seujung lidah atau tepian bibir yang basah. di nikmati perlahan walau kadang tak selalu menyenangkan karena selalu ada sisa-sisa kepahitan sampai ujung lidah dan tepian bibir. hidup setidaknya merasakan kehangatan.
seperti KOPI DENGAN SEDIKIT GULA YANG MENYISAKAN RASA YANG TETAP PAHIT DENGAN BANYAK CREAMER HINGGA TERLIHAT KENTAL yang setia tanpa ampun dan ketenangan internasional menemani malamku hingga pagi menjelang dengan buku yang membuat khayalanku semakin semarak berkembang seperti disirami dengan benar dan pupuk kualitas terkenal.

Aku tahu setidaknya ,seseorang atau lainnya harus mencoba dan merenungi setiap tegukan yang menenangkan walau terkadang menemukan kesakitan atas kesadaran bahwa ini sebuah kesendirian tentang nyanyian malam yang selalu memilukan setiap debaran atas ingin yang belum pula tersampaikan bahkan terlupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biografi, Sinopsis dan Unsur Intrinsik "Kalau Tak Untung" Karya Selasih

BiBiografi Tokoh "Selasih" Hj. Sariamin Ismail selain dikenal sebagai seorang sastrawan juga merupakan salah seorang tokoh dan ...