Senin, 18 Agustus 2014

Monolog Rindu

Teks Monolog

Aku menangis, tapi bukan karena terluka, bumi dan langit menjadi saksi atas kelahiranku, dan kalian tertawa, tersenyum bahagia.
Aku yang tumbuh seperti bunga yang kalian sirami setiap hari, kuharap semerbakku dapat mendamaikanmu ayah-ibu, tapi kadang aku berteriak hujatku kasar memukul sanubarimu, nakalku, kekanakanku mungkin kadang mengolokmu.
Kuharap kau miliki hamparan maap yang tak terbatas atas khilapku, dan Tuhan akan memberi hamparan taubat untukku pula.
Ingatkah ketika kita bersama? Tak ada satu detik pun terlewat untuk mengingatmu, mengingat wajah teduh damaimu ayah-ibu, karena aliran darahmu, detak jantung yang menghidupkanku, jangan sampai air matamu ayah-ibu berurai dipipi, jika itu terjadi maka murka lah Tuhan padaku, aku tak mau dikutuk jadi batu.
Ingin aku tumbuh menjadi kebanggaanmu, membalas jasamu yang tak mungkin bisa kubalas dengan apa pun, meski itu dengan nyawaku.
Aku ingin tua bersamamu. Ada detik yang paling tak kuinginkan, detik yang mungkin menghidupkanku dalam kematian, aku tak mau kau hilang ayah-ibu, aku ingin selalu didekatmu, didekap kalian, hingga aku mati dipelukmu ayah-ibu.


Ciputat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(dipentaskan Sabtu, 28 Desember 2013)

@

Minggu, 17 Agustus 2014

Beri Sedikit Ruang

Andai saja aku bisa mengatakan aku hanya butuh satu saja kebahagiaan yang dulu sampai sekarang tidak pernah aku rasakan yaitu kedua orang yang telah menyebabkan aku terlahir ke dunia ini, maka setelah itu aku mempunyai alasan untuk bertahan hidup.
Bukan hanya aku anak yang dalam hatinya ada sebuah beban yang tak pernah menghilang walau telah mencoba keras melupakannya.
Aku berharap aku lupa satu sketsa itu dalam memoriku, tapi aku pun sadar tanpa sketsa itu aku tak akan tahu rasanya menangis itu juga bisa menenangkan. Menenangkan sebagian tujuan yang harus kulanjutkan. Walau pun sketsa itu aku biarkan tertanam dalam benakku yang kadang mematikan sebagian tujuan hidupku.
Andai saja aku bisa mengatakan aku hanya ingin melihat sebuah sketsa yang bisa menggambarkan bahwa kedua orang itu bahagia berdampingan menanti kelahiranku, mungkin dalam sebuah bingkai. Tapi ternyata tidak ada yang tersisa. Aku hanya melukis imajinasi seperti orang bodoh yang tidak bisa lagi berpikir dengan benar.
Andai saja aku bisa memberanikan diri untuk bertanya tentang apa alasan kedua orang itu meninggalkan aku pada sebuah ingatan? Ingatan yang selamanya hanya sekadar ingatan. Alasan mengapa kedua orang itu melepaskan janji yang mereka buat sendiri? Apa mereka tidak mempunyai harapan lagi untuk bertahan? Atau pun setidaknya memberikan harapan untukku? Untuk aku bisa hidup tanpa harus mengingat ingatan yang mereka tidak mungkin bisa sembuhkan dengan cara apapun, bahkan jika diberikan ganti sebaik apapun. Tapi tak pernah ku wujudkan niatku untuk bertanya bahkan selalu kuurungkan jika ada sedikit pun niat ataupun sekedar untuk menerka aku segera menepisnya. Bukan karena tidak mempunyai keberanian, aku tidak akan hidup sejauh ini jika tidak punya keberanian, hanya saja aku takut kedua orang itu lebih teruka dari lukaku, lebih sakit dari sakitku.
Andai saja kedua orang itu ingat bahwa aku butuh penjelasan, butuh penegasan mengapa ada anak seperti aku? Atau sekadar melapangkan dadaku untuk bertahan karena hidup adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran dan pengorbanan.
Aku sadar. Aku hanya berandai-andai. Seharusnya aku bisa melupakan. Namun, sedetik pun sakitnya masih terasa bahkan dalam waktu tertentu rasanya semakin menyakitkan. Aku berteriak, tapi tidak ada yang mendengar. Tangisku hanya terdengar sejauh gendang telingaku bahkan mungkin hanya sampai dinding hatiku.

  


minggu, 17 Agustus 2014

Kamis, 14 Agustus 2014

akudakupilu

Selepas ini,

biarkan aku didekap masa

mengambang pada ceruk yang sama

diantara kepak dan derap terbata

hingga semua dikata

antara ada dan tiada

pastilah semua rasa

seperti masa yang tertunda

diantara sapana dan fatamorgana

dalam raga yang berbeda....

Biografi, Sinopsis dan Unsur Intrinsik "Kalau Tak Untung" Karya Selasih

BiBiografi Tokoh "Selasih" Hj. Sariamin Ismail selain dikenal sebagai seorang sastrawan juga merupakan salah seorang tokoh dan ...